Welcome to my blog

terimakasih sobat udah berkunjung ke blog sederhana saya ini, semoga menyenangkan dan bermanfaat...
Showing posts with label english zone. Show all posts
Showing posts with label english zone. Show all posts

Monday, March 12, 2012

METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI TINGKAT DASAR OLEH AAIN. Marhaeni JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2007 METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA INGGRIS DI TINGKAT DASAR

1. Pendahuluan
Perkembangan dewasa ini telah menempatkan bahasa Inggris sebagai satu-satunya bahasa pergaulan internasional. Dalam posisinya itu, bahasa Inggris merupakan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi; karenanya tanpa kemampuan bahasa Inggris seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan dunia yang semakin terbuka, cepat, dan tak terkendali.
Berbekal konsep tersebut di atas, bahasa Inggris sangat penting untuk dikenalkan kepada anak sedini mungkin. Sejumlah besar sekolah dasar telah menetapkan bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Konsekuensi dari itu adalah perlunya penataan pembelajaran bahasa Inggris di SD. Penataan paling penting adalah kesiapan guru, oleh karena itulah diperlukan adanya kegiatan peningkatan kemampuan guru dalam mengajarkan bahasa Inggris.
2. Konsep Pengajaran Bahasa (Asing)
Konsep pengajaran bahasa (asing) tidak terlepas dari konsep belajar itu sendiri. Semakin baiknya pemahaman terhadap hakikat perkembangan anak telah melahirkan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran. Terkait dengan belajar bahasa, hal terpenting yang harus dipahami adalah bahwa belajar bahasa adalah suatu proses akuisisi dengan tujuan tercapainya kemampuan berkomunikasi. Teori pembelajaran bahasa kedua (SLA Theory) menunjukkan bahwa seorang anak belajar karena adanya kebutuhan untuk itu, dan mereka dapat memenuhinya melalui belajar bahasa. Teori itu juga mengatakan bahwa kemampuan berbahasa berkembang secara bertahap dari yang mudah ke yang lebih kompleks.
Dengan memperhatikan ciri-ciri perkembangan kemampuan berbahasa anak, maka pengajaran bahasa mesti dilakukan dengan memperhatikan konsep-konsep berikut:
a. Guru sebagai model
b. Hadirkan situasi alamiah dimana penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari
c. Hadirkan baha Inggris sebagai bahasa, bukan sebagai pelajaran yang tak berguna
d. Kesalahan yang dibuat anak bukan merupakan suatu kegagalan, melainkan menunjukkan bahwa dia sedang berkembang
e. Fokuskan lebih pada makna, bukan pada bentuk bahasa
f. Lakukan komunikasi, meski dengan kalimat-kalimat yang sangat sederhana, dan jawaban siswa pun mungkin sepatah-sepatah
g. Aturan (tata bahasa/grammar) memang penting, tetapi pada tahap awal, hindarkan mengajarkan tata bahasa secara eksplisit/langsung untuk menghindarkan frustrasi pada anak
h. Ciptakan situasi penuh minat dan motivasi
i. Hadirkan lingkungan nyata yang kaya bahasa
3. Konsep Belajar Bahasa
Menurut Jean Piaget, anak SD (7 – 12 tahun) berada pada tahap perkembangan operasional konkrit (concrete operational). Pada tahap ini, pemikiran anak bersifat holistik dan konkret. Mereka belum mampu melihat suatu fenomena secara diskrit dan tidak mampu belajar hal-hal yang abstrak. Piaget selanjutnya menekankan, bahwa keberhasilan pembelajaran di SD ditentukan oleh dua hal, kebermaknaan dari apa yang dipelajari, dan ketercernaan materi pelajaran tersebut oleh siswa. Piaget memformulasikan konsep belajar ini sebagai Developmentally Appropriate Practices (DAP), yaitu perancangan kegiatan belajar yang harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak tersebut.
Implikasi dari ciri-ciri anak SD seperti di atas, memberi petunjuk kepada kita bagaimana seharusnya guru Bahasa Inggris SD merancang pembelajarannya. Sifat anak yang operasional mengharuskan guru merancang pembelajaran yang learning by doing (belajar dengan cara praktek langsung/ Suatu contoh, mengajarmelakukan). Pembelajaran harus juga bersifat konkret (otentik/nyata/tidak abstrak) karena mereka hanya mampu mencerna hal-hal yang nyata saja. Suatu contoh, memperkenalkan kosakata kepada anak harus dimulai dari benda-benda yang dekat dengan mereka. Bila di sekolah, misalnya, kosakata yang paling dekat adalah lingkungan sekolah dan benda-benda di sekitarnya. Sangat sulit bagi anak untuk mencerna kosakata baru seperti snow, winter, karena sangat jauh dari keseharian mereka.
4. Metode Pengajaran Bahasa Inggris
Sesuai dengan dengan konsep belajar bahasa dan tingkat perkembangan anak-anak SD seperti yang telah diuraikan pada bagian-bagian di atas, berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran bahasa Inggris yang relevan untuk tingkat dasar.
a. Total Physical Response (TPR)
Metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep learning by doing adalah metode Total Physical Response (TPR). TPR merupakan suatu metode yang diturunkan dari The Natural Approach yang digagas oleh Stephen Krashen dan Nancy Terrell pada tahun 1977. Secara garis besar, The Natural Approach ini menyatakan bahwa belajar suatu bahasa asing harus dilakukan secara alamiah, menyerupai proses belajar bahasa ibu.
Dalam The Natural Approach, TPR merupakan salahsatu teknik dalam tahap-tahap awal (preproduction) mengajarkan bahasa Inggris. Dalam TPR, siswa merespon kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Dalam tahap ini siswa samasekali tidak mengeluarkan kata-kata, melainkan hanya memberikan respon secara fisik. Tahap selanjutnya adalah tahap Early production, dimana siswa mulai memberikan respon verbal yang sangat sederhana, seperti menjawab pertanyaan, “What color is the sky?”
Siswa menjawab, “green”.
Pada tahap Speech Emergence, siswa mulai merespon dengan kalimat-kalimat yang lebih panjang. Misalnya, guru berkata,”The garden is colorful”. Siswa menjawab,” Yes, I like it”. Tahap berikutnya adalah Intermediate Fluency, dimana siswa terlibat dalam percakapan dengan kalimat pendek-pendek. Siswa juga membuat cerita (naratif) sederhana.
The Natural Approach sebenarnya mirip dengan Audio Lingual Method, tetapi lebih sederhana karena pada tahap awal siswa tidak perlu memberikan respon verbal seperti pada ALM. Dengan demikian tingkat ketegangan siswa tidak terlalu tinggi.
b. The Reading Method
The Natural Approach maupun ALM sebenarnya hanya menekankan pada keterampilan berbicara, sedangkan membaca dan menulis diabaikan.
The Reading Method menekankan pada membaca sebagai kegiatan utama belajar Bahasa Inggris. Pada tahap-tahap awal, dilakukan membaca nyaring (Reading Aloud) dengan tujuan melatih pengucapan. Membaca nyaring sangat penting untuk anak-anak sekolah dasar untuk membiasakan alat-alat ucap mereka membentuk bunyi-bunyi bahasa Inggris.
Pada tahap-tahap awal, kegiatan membaca juga sangat bermanfaat untuk mengembangkan kosakata siswa. Reading Comprehension mungkin diberikan tetapi pada tingkat kesulitan yang rendah saja.
c. Songs and games
Permainan dan lagu dapat memiliki dua fungsi penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Pertama,berbagai macam permainan dan lagu-lagu dapat digunakan untuk mengajar bahasa Inggris, seperti kosakata, pengucapan, dan kelancaran (fluency). Kedua, permainan dan lagu dapat memperkenalkan masyarakat dan budaya pemakai bahasa Inggris sebagai bahasa pertama. Beberapa contoh permainan dan lagu diberikan khusus untuk bekal para guru di Bangli mengajarkan Bahasa Inggris di SD.
d. Field Study
Media terbaik untuk pembelajaran adalah objek langsung. Guru perlu membawa siswa belajar di alam nyata, dimana mereka berada. Disana siswa belajar bahasa Inggris dari benda-benda dan kehidupan disekitarnya. Dilihat dari sudut pandang ini, hal terbaik yang dapat dilakukan guru untuk mengajak siswa belajar secara otentik dan bermakna adalah dengan menyediakan language rich environment (lingkungan yang kaya bahasa).
5. Penutup
Di tingkat dasar seperti SD dan SMP, hendaknya penekanan pembelajaran Bahasa Inggris adalah pada unsur-unsur bahasa yang paling dasar dan paling diperlukan, yaitu: kosakata, pengucapan, tata bahasa sederhana, dan percakapan sederhana. Disamping unsur-unsur bahasa tersebut, satu hal yang patut selalu diingat oleh guru bahasa Inggris adalah pentingnya menciptakan situasi yang nyaman dan mebangkitkan minat dan motivasi belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris adalah suatu bahasa asing yang sulit dipelajari oleh kebanyakan anak Indonesia (karena struktur bahas Inggris dalam banyak hal bertentangan dengan bahasa Indonesia maupun bahasa Bali). Karena itu, bila anak belajar bahasa Inggris dari awal, hendaknya mereka belajar dalam situasi yang menyenangkan ditangan guru-guru yang kompeten, sehingga menjadi modal mereka untuk belajar bahasa Inggris di tingkat yang lebih lanjut ( SMA, dan selanjutnya). Kita tidak ingin terjadi hal yang sebaliknya, justru siswa sudah antipati dengan bahasa Inggris sejak dari SD, yang disebabkan oleh pengalaman belajar yang tidak menyenangkan ketika di SD.

A SPECIAL GIFT: SONGS FOR THE CHILDREN

TWINKLE TWINKLE LITTLE STAR
Twinkle twinkle little stars
How I wonder what you are
Up above the world so high
Like a diamond in the sky

Twinkle twinkle little stars
How I wonder what you are

BAA BAA BLACK SHEEP


Baa black sheep have you any wool
Yes sir, yes sir, three bags full
One for my mother and one for my dame
One for the little boy who lives down the lane.

BROTHER JOHN

Are you sleeping are you sleeping, Brother John Brother John
Morning bells are ringing, morning bells are ringing
Ding dong ding......... ding dong ding.........

Rock a Baby

Rock a baby be on the tree top
When the wind blows the craddle will rock
When the ball breaks the craddle will fall
And down came the baby craddle alone

Spider

The eency weency spider went up the water spout
Down came the rain and washed the spider out
Out came the sun and dried up all the rain
And the eency weency spider went up the spout again.

Rain

Rain rain go away come again another day

MARY HAD A LITTLE LAMB

Mary had a little lamb little lamb little lamb
Mary had a little lamb its fleece was white as snow
(It) followed her to school one day school one school one day
(It) followed to school one day it was against the rule
(It) made the children laugh and play, laugh and play
(It) made the children laugh and play to see a lamb at school

HOW MUCH

How much is that doggy in the window
The one with a wagely tail
How much is that doggy in the window
I’m sure that doggy’s for sale

Pussy Cat

Pussy cat pussy cat where have you been
I’ve been to London to visit the queen
Pussy cat pussy cat what did you there
I frighthened the mouse under her chair

Hickity Pickity

Hickity Pickity my black hen
She lays eggs for gentlemen
Sometimes nine sometimes ten
Hickity Pickity my black hen
If You Miss....
If you miss the train I’m on
You will know that I’ve gone
You can hear the whistle blows a hundred miles
Not a shirt on my back
Not a penny to me
Lord I’m fivr hundred miles away from home
Lord I’m one, lord I’m two
Lord I’m three, Lord I’m four
Lord I’m five hundred miles away from home.

Get Together

The more we get together together
The more we get together the happier we’ll be
Yes your friends are my friends
Yes my friends are your friends
The more we get together the happier we’ll be

Sailing

I’m sailing I’m sailing cross the sea
I’m sailing forever crying
To be with you to be free

Country Road

Country road take me home
To the place I belong West Virginia
Mountain mama, take me home
Country road
Sing a Song

Sing sing sing a song
Come and sing along
Jolly jolly jolly
Life is like a song

KOOKABURRA

Kookaburra sits in the old gum tree
Merry merry king of the bush is he
Laugh kookaburra laugh
Koobakurra like your life must be
Bingo
There was a farmer has a dog and bingo was him name ah
B-I-N-G-O, B-I-N-G-O, B-I-N-G-O and bingo was his name ah
If You’re Happy
If you’re happy and you know it clap your hand 2x
If you are happy and you know it
And you really want to show it
If you’re happy and you know it, clap your hand.

REFERENCES
Confrey, Jere. (1995). ‘A Theory of Intellectual Development’. Journal for the Learning of Mathematics. Vol 15,1 (Februari). 38 – 47.
Edelsky, C., Altwelger, B., & Flores, B. (1991). Whole Language What’s the Difference?. N.H.: Heinemann.
Goodman, K. (1986) What’s Whole in Whole Language, New Hampshire: Heinemann.
Krashen, S.D. (19..). Principles and Practice in Second Language Acquisition. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall International.
Santrock, G. (1992). Child Development. Boston: Houghton Mifflin.
Spada, N & Lightbown, P.M. (1993). How Languages Are Learned. Oxford: Oxford Univ. Press.
Weaver, C. (1994). Reading Process and Practice, from Sociopsycholinguistics to Whole Language 2nd Edition. New Hampshire: Heinemann.

(source:  www.undiksha.ac.id)

Friday, January 20, 2012

Mengajarkan Bahasa Inggris untuk Kelas 1-2 Sekolah Dasar

Saat ini, kita banyak mendapati Sekolah Dasar (SD), umumnya SD Swasta, memasukkan pelajaran bahasa inggris ke dalam mata pelajaran sekolah bagi siswa kelas satu hingga kelas enam. Pengalaman saya mengajar bahasa Inggris di salah satu SD swasta umum bisa menjadi contoh bagaimana seharusnya siswa SD belajar bahasa Inggris. Meski pun ini bukan hal baru, semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi anda yang ingin anak anda bisa berbahasa Inggris.
1. Bahasa Inggris tidak harus dimulai dari Tata Bahasa (Grammar).
Buku pegangan pelajaran bahasa Inggris bagi anak-anak kelas 1 hingga 3 SD, umumnya menekankan pada Tata Bahasa/ Grammar. Misalnya Present Continous Tense (I am doing), Present Simple (I do), dan lainnya. Tidak ada yang salah, tapi  menerangkan TENSES tanpa mempraktekkan secara langsung penggunaannya dalam kehidupan nyata, tidak akan banyak membantu anak mampu berbahasa Inggris.
Dalam kelas, guru bisa memulai dengan “Hello class……you look great today!”. Lalu anda bisa memulai percakapan yang lain, ”Are you happy to learn English?. Anda bisa membuat mimik tersenyum dan berkata: “Happy……!”, ajak murid-murid untuk menirukan. Lalu ulangi dengan membuat perbandingan: “Sad….Angry.”.
2. Jangan semua kata diterjemahkan, hanya yang sulit digambarkan.
Terkadang guru gemas, bila murid tidak mau bersuara karena  tidak tahu arti sebuah kata/kalimat. Tetap gunakan bahasa Inggris, jangan menerjemahkan setiap kata baru. Gunakanlah alat bantu. Ingat, anak-anak kelas 1 hingga 2 biasanya masih banyak main-main ketimbang belajarnya. Karena memang, masih dalam peralihan dari TK ke SD.  Oleh karena itu, sangat dianjurkan, guru mengajarkan bahasa Inggris pada anak-anak menggunakan alat bantu atau aktivitas yang menarik di kelas. Alat bantu dapat berupa gambar, benda-benda, teka-teki atau kuis yang menarik.
Anda bisa menggunting iklan Indomie yang memperlihatkan orang makan mie. Lalu tanyakan  pada murid-murid.
Guru: “Class….look at the picture…..what is he doing?”
Murid: “Mi…..Indo mie……!!!”
Guru: “Yes…..he is eating noodle…..he is not eating a cake!”
Berikan gambar lainnya, dan mintalah murid-murid lain menjawab apa yang sedang dilakukan model di majalah itu. Bahasa Inggris harus diajarkan dengan cara yang komunikatif dan menarik, karenanya gunakan permainan, atau lagu-lagu. Lagu ini cukup efektif untuk mengajarkan Present Continous Tense, anda dapat mengganti kata kerja sleep(ing) dengan kata kerja lain:
Are you sleeping…..are you sleeping, brother John….brother John, morning bells are ringing…..morning bells are ringing. Dind Dang Dong……Ding Dang Dong
3.  Jangan malu untuk berbahasa Inggris di depan umum
Bahkan seorang Guru Bahasa Inggris terkadang malu untuk berbahasa Inggris di luar kelas. Padahal, ketika bertemu muridnya di luar, ia layak untuk mempraktekkan bahasa itu kepada muridnya. Misalnya saat berpapasan dengan murid sepulang sekolah.
Guru: “Hey, Rustam……how are you?”
Rustam: “Eh,….mm…” (malu-malu)
Guru: “You want to go home?”
Rustam: “Iya”. (atau mungkin hanya mengangguk)
Guru: “Say hello to your mother, okey?”
Rustam: “Heh?
Membiasakan anak berbahasa Inggris, tidak berarti berhenti mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada anak. Tetapi  berikan waktu rutin untuk berlatih bahasa Inggris kepada anak, beberapa jam per hari/ per minggu. Sehingga anak terbiasa menggunakannya. Bila di sekolah ada English Club, anak/murid dapat dianjurkan untuk bergabung.
(sumber: copas dari kompasiana)

Wednesday, November 9, 2011

Games untuk Pembelajaran Bahasa Inggris Lebih Menyenangkan

Berikut ini adalah kumpulan game atau permainan pembelajaran yang bisa di berikan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Inggris agar anak lebih fun dan belajar jadi lebih interaktif.1. Action Game
Anak-anak menirukan gerakan yang disebutkan dalam cerita. Misalnya untuk cerita The Very Hungry Caterpillar (lihat lampiran untuk teks lengkap dan saksikan dalam seminar bentuk fisik bukunya) karangan Eric Carle (bisa di-download dari website pribadi Eric Carle), kita bisa mereviu kembali siklus metamorfosis kupu-kupu dengan melakukan hal berikut ini:
Telur: suruh anak-anak memegang lutut mereka dan jongkok serta melingkarkan tubuh mereka seakan-akan mereka adalah telur.
Ulat: bergerak-geraklah dan menggeliut seperti ulat.
Kepompong: merangkak menuju sleeping bag (atau kalau tidak ada bisa diganti dengan sarung) dilengkapi dengan berbagai macam kain berwarna-warni.
Kupu-kupu: anak-anak muncul dari dalam sarung tersebut dengan mengibas-ngibaskan kain-kain berwarna-warni tersebut seakan-akan mereka adalah kupu-kupu yang baru saja menetas dari kepompong.

2. What’s missing?

Permainan ini dapat digunakan untuk menghapalkan kosakata yang baru saja dipelajari/disebutkan dalam cerita namun tidak dengan „menghapal tradisional‟. Caranya adalah dengan menggunakan gambar yang ditempelkan pada papan tulis. Jumlah gambarnya bisa disesuaikan dengan jumlah siswa tapi sebaiknya batasi sampai dengan 10 gambar. Mintalah anak-anak untuk melihat gambar-gambar tersebut dan berusaha mengingatnya kemudian minta mereka menutup mata sementara itu ambillah beberapa gambar di papan. Kemudian minta mereka untuk membuka mata kembali dan menyebutkan apa yang hilang. Tanyakan “What‟s missing?” pada salah satu anakkemudian ajukan pertanyaan lanjutan dengan “Is he or she right?” Apabila jumlah siswa dalam kelas banyak maka mereka bisa dibagi dalam dua kelompok dan lakukan prosedur seperti di atas secara bergantian oleh tim-tim tersebut. Setiap kali seorang anak dari sebuah tim menjawab dengan benar maka tim tersebut mendapat poin.

3. Simon says

Gambar-gambar yang tadi dibuat untuk permainan di atas (2) bisa dipakai pula untuk permainan ini. Caranya: “Simon says show me a plum!” “Simon says put the plum down‟” “Simon says put the oranges in the basket”

4. Hide and Seek

Seorang anak diminta untuk meninggalkan kelas sementara yang lainnya menyembunyikan sebuah barang. Kemudian anak tersebut diminta kembali dan menerka di mana barang tersebut disembunyikan. Contoh: “Is it under the table?” Kegiatan ini bisa digunakan untuk melatih penggunaan preposition dan kata benda (noun).

5. Miming

Seorang anak dapat memperagakan seekor binatang, pekerjaan, atau apa saja yang dia pilih, teman-teman lain harus menerka apa yang sedang mereka peragakan tersebut. Contoh: “Is it …..?” “Are you a ….?”

6. Bingo

siapkan gambar dan gantungkan pada papan. Kemudian siapkan grid (tabel berisi 9 kotak/3X3). Mintalah anak-anak untuk memilih beberapa gambar yang digantung pada papan tadi dalam kotak yang sudah disiapkan tadi. Satu kotak satu gambar berbeda. Setelah siap, tunjuk salah satu gambar di papan sercara acak dan katakanlah “This is a….”. mintalah anak-anak untuk melihat tabel mereka dan jika mereka memiliki gambar tersebut maka mereka harus mengatakan “I‟ve got a…” kemudian menutup kotak tersebut dengan kertas/dadu/dll. Anak yang berhasil menutup seluruh kotaknya adalah pemenang permainan Bingo ini.

7. Whisper race

Anak-anak dibagi ke dalam beberapa tim. Salah satu anak dari setiap tim diberi daftar kata-kata yang harus mereka hapalkan kemudian whisper (berbisik) pada teman di belakangnya kata-kata tersebut. Kemudian anak berikutnya harus melakukan hal yang sama sampai pada anak terakhir dalam tim. Kemudian anak yang terakhir tadi harus melihat daftar aslinya dan membandingkan apa saja yang hilang atau berubah.

8. Market game

Seorang anak memulai permainan ini dengan mengatakan “I went to market and bought a pie.” Anak berikutnya harus melanjutkan dengan menambahkan satu benda lagi pada kalimat tersebut. “I went to market and bought a pie and chocolate cake.” Lakukan hal serupa untuk anak berikutnya. Kesimpulan Kegiatan yang menyenangkan melalui games merupakan keniscayaan dalam pengajaran bahasa Inggris untuk anak, namun perlu diperhatikan jangan sampai kita terjebak dalam kondisi “yang penting anak senang dan rame”. Selalu perhatikan proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa yang bisa dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan tersebut, salah satunya dengan cara membuat lesson plan yang direncanakan secara matang dengan memperhatikan latar belakang dan kondisi siswa.

TPR (Totally Physical Response); Metode Pembelajaran Bahasa yang Cukup Efektif Untuk Peserta Didik

Bahasa merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dan memiliki peran sentral, khususnya dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seseorang dan dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa diharapkan bisa membantu seseorang dalam hal ini yang saya bicarakan adalah peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, menemukan serta menggunakan kemampuan-kemampuan analitis dan imaginative dalam dirinya.
Ada beberapa macam metode yang biasa digunakan seorang guru atau instruktur dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya seperti metode diskusi, ceramah, Inquiry dan lain-lain. Saya ingin memperkenalkan salah satu metode yakni metode TPR (Total Physical Response) sebagai salah satu teknik penyajian dalam pengajaran khususnya dalam pembelajaran bahasa asing, baik itu bahasa Inggris, Jepang, Perancis, dan lain-lain.
Metode pembelajaran adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran, sehingga dikuasai oleh peserta didik dengan kata lain ilmu tentang guru mengajar dan murid belajar.
1.Pengertian Metode TPR (Total Physical Response)
Menurut Richards J dalam bukunya Approaches and Methods in Language Teaching, TPR didefinisikan:
“a language teaching method built around the coordination of speech and action; it attempts to teach language through physical (motor) activity”.
Jadi metode TPR (Total Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor).
Sedangkan menurut Larsen dan Diane dalam Technique and Principles in Language Teaching, TPR atau disebut juga ”the comprehension approach” atau pendekatan pemahaman yaitu suatu metode pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah.
Metode ini dikembangkan oleh seorang professor psikologi di Universitas San Jose California yang bernama Prof. Dr. James J. Asher yang telah sukses dalam pengembangan metode ini pada pembelajaran bahasa asing pada anak-anak. Ia berpendapat bahwa pengucapan langsung pada anak atau siswa mengandung suatu perintah, dan selanjutnya anak atau siswa akan merespon kepada fisiknya sebelum mereka memulai untuk menghasilkan respon verbal atau ucapan.
Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.
Guru atau instruktur memiliki peran aktif dan langsung dalam menerapkan metode TPR ini. Menurut Asher ”The instructor is the director of a stage play in which the students are the actors”, yang berarti bahwa guru (instruktur) adalah sutradara dalam pertunjukan cerita dan di dalamnya siswa sebagai pelaku atau pemerannya. Guru yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang memerankan dan menampilkan materi pelajaran.
Siswa dalam TPR mempunyai peran utama sebagai pendengar dan pelaku. Siswa mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespon secara fisik pada perintah yang diberikan guru baik secara individu maupun kelompok.
2.Bentuk Aktivitas dengan Metode TPR dalam PBM (Proses Belajar Mengajar).
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:
a.Latihan dengan menggunakan perintah (Imperative Drill ), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa.
b.Dialog atau percakapan (conversational dialogue).
c.Bermain peran (Role Play), dapat dipusatkan pada aktivitas sehari-hari seperti di sekolah, restoran, pasar, dll.
d.Presentasi dengan OHP atau LCD
e.Aktivitas membaca (Reading) dan menulis (Writing) untuk menambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.
3.Teori pembelajaran TPR
Teori pembelajaran bahasa TPR yang diterapkan pertama kali oleh Asher ini mengingatkan pada beberapa pandangan para psikolog, misalnya Arthur Jensen yang pernah mengusulkan sebuah model 7-langkah unutk mendeskripsikan perkembangan pembelajaran verbal anak. Model ini sangat mirip dengan pandangan Asher tentang penguasaan bahasa anak. Asher menyajikan 3 hipotesa pembelajaran yang berpengaruh yaitu:
1.Terdapat bio-program bawaan yang spesifik untuk pembelajaran bahasa yang menggambarkan sebuah alur yang optimal untuk pengembangan bahasa pertama dan kedua.
2.Lateralisasi otak menggambarkan fungsi pembelajaran yang berbeda pada otak kiri dan kanan.
3.Stres mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, stress yang lebih rendah kapasitasnya maka pembelajaran menjadi lebih baik.
Demikian tentang metode pembelajaran TPR yang mungkin terdengar asing di telinga anda. Metode TPR ini bukanlah metode baru yang sekiranya lebih baik diantara metode-metode pembelajaran yang lain. Namun, ada baiknya menurut saya jika seorang instruktur atau guru mempergunakan metode ini karena metode ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar anak terutama dalam bahasa.

Tuesday, November 1, 2011

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN yang EFEKTIF

EXAMPLES NON EXAMPLES
CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD
  1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
  2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
  3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
  4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
  5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
  6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
  7. Kesimpulan

PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Menyajikan materi sebagai pengantar
  3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
  4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
  5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
  6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
  7. Kesimpulan/rangkuman

NUMBERED HEADS TOGETHER
(KEPALA BERNOMOR)
(SPENCER KAGAN, 1992)
Langkah-langkah :
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
  6. Kesimpulan

COOPERATIVE SCRIPT
(DANSEREAU CS., 1985)
Skrip kooperatif :
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
  1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
  2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
  3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
  4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
  1.  
    • Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
    • Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
  2. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
  3. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
  4. Penutup

KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)
Langkah-langkah :
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua  mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
  1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
  2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
  3. Kesimpulan

STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI
 (SLAVIN, 1995)

Langkah-langkah :
  1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
  2. Guru menyajikan pelajaran
  3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat  menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
  5. Memberi evaluasi
  6. Kesimpulan
JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
(ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)
Langkah-langkah :
  1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
  2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
  7. Guru memberi evaluasi
  8. Penutup

PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
(PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH) 
Langkah-langkah :
  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
  3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
  4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
  5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

ARTIKULASI
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
  3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
  4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
  5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
  6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
  7. Kesimpulan/penutup
MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
  3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
  4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
  5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
  6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

MAKE – A MATCH
(MENCARI PASANGAN)
(Lorna Curran, 1994)
 
Langkah-langkah :
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
  2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
  4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
  5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
  6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
  7. Demikian seterusnya
  8. Kesimpulan/penutup

THINK PAIR AND SHARE
(FRANK LYMAN, 1985) 
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
  3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
  4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
  5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
  6. Guru memberi kesimpulan
  7. Penutup
DEBATE
Langkah-langkah :
  1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
  2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
  3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
  4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
  5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
  6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

ROLE PLAYING
Langkah-langkah :
  1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
  2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
  3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
  4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
  5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
  6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
  7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
  8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
  9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
  10. Evaluasi
  11. Penutup

GROUP INVESTIGATION
(SHARAN, 1992) 
Langkah-langkah :
  1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
  2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
  3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
  4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif  yang bersifat penemuan
  5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok
  6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
  7. Evaluasi
  8. Penutup

TALKING STICK
Langkah-langkah :
  1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
  2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
  3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
  4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
  5. Guru memberikan kesimpulan
  6. Evaluasi
  7. Penutup

BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah :
  1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
  2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
  3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
  4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
  5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
  3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
  4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
  5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
  6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
  7. Evaluasi
  8. Penutup

STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
  4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
  5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
  6. Penutup

COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
  4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
  5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
  6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
  7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
  8. Penutup

DEMONSTRATION
(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
  3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
  4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
  5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
  6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.
  7. Guru membuat kesimpulan.

EXPLICIT INTRUCTION
(PENGAJARAN LANGSUNG)
(ROSENSHINA & STEVENS, 1986)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah
Langkah-langkah :
  1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
  2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
  3. Membimbing pelatihan
  4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
  5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

COOPERATIVE INTEGRATED READING
AND COMPOSITION (CIRC)
KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS
(STEVEN & SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :
  1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
  2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
  3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
  4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
  5. Guru membuat kesimpulan bersama
  6. Penutup

INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
(LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
OLEH SPENCER KAGAN
“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”
Langkah-langkah :
  1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
  2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
  3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
  4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
  5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya

TEBAK KATA
MEDIA :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :
  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
  2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
  1. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
  2. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
  3. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
  4. Dan seterusnya
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasinya tidak resmi
Bila untung dimiliki,diambil sendiri
 NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA :   PERUSAHAAN  PERSEORANGAN


WORD SQUARE
MEDIA :
* Buat kotak sesuai keperluan
* Buat soal sesuai TPK

Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
  3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
  4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak

SCRAMBLE
MEDIA :
  1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Langkah-langkah :
  1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
  2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh

TAKE AND GIVE
MEDIA :
  1. Kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
  2. Kartu contoh sejumlah siswa
Langkah-langkah :
  1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya
  2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
  3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
  4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
  5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give).
  6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
  7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
  8. Kesimpulan

CONSEPT SENTENCE
Langkah-langkah :
?        Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.
l      Guru menyajikan materi secukupnya.
l      Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.
l      Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
l      Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
l      Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
l      Kesimpulan.

COMPLETTE SENTENCE
Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf
yang kalimatnya belum lengkap

Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya
  3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
  4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh).
  5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
  6. Siswa berdiskusi secara berkelompok
  7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hapal
  8. Kesimpulan

TIME TOKEN
ARENDS 1998
Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali
Langkah-langkah :
  1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
  2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
  3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.
  4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
  5. Dan seterusnya

PAIR CHEKS
SPENCER KAGEN
1993
APA YANG DILAKUKAN?

l      BEKERJA BERPASANGAN
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan  mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih
l      PELATIH MENGECEK
            Apabila patner benar pelatih memberi kupon
l      BERTUKAR PERAN
            Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3
l      PASANGAN MENGECEK
            Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban
l      PENEGASAN GURU
            Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep

KELILING KELOMPOK
Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya

Caranya………….?
  1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
  2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
  3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan


TARI BAMBU
Agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa
Caranya?

  1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
  2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
  3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
  4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan  

DUA TINGGAL DUA TAMU
(TWO STAY TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992
MEMBERI KESEMPATAN KEPADA KELOMPOK UNTUK MEMBAGIKAN HASIL DAN INFORMASI DENGAN KELOMPOK LAINNYA.
 Caranya :

  1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
  2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
  3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
  4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
  5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS


I. Grammar Translation Method
Pada metode Grammar (the Grammar Method) siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata tersebut kemudian dijadikan frase atau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya. Ketrampilan lisan, seperti pelafalan, tidak dilakukan. Metode ini mudah penerapannya karena guru tidak harus fasih berbicara bahasa yang harus dipelajari, sedangkan evaluasi dan pengawasannya juga tidak sulit.
Metode Translation (the Translation Method) berisi kegiatan-kegiatan penerjemahan teks yang dilakukan dari hal mudah ke hal yang sulit. Pertama dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata maupun gagasan per gagasan termasuk ungkapan-ungkapan idiomatic.
Perpaduan dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the Grammar Translation Method / GTM) yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
  1. Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal.
  2. Kosakata yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada kesinambungan antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan yang lainnya.
  3. Penghafalan dan penerjemahan merupakan ciri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan menerjemahkan kosakata dan kaidah gramatika.
  4. Pelafalan tidak diajarkan atau sangat dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
  5. Lebih menekankan pada ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan berbicara.
Dari uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran bahasa melalui analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan diikuti dengan penerapan pengetahuan tentang kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan kalimat-klimat dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke bahasa ibu atau sebaliknya.
Ciri-ciri GTM:
  1. menekankan ketepatan; siswa diharapkan dapat mencapai standar yang tinggi dalam penerjamahan.
  2. meruntutkan butir atau kaidah-kaidah gramatika bahasa sasaran dengan ketat dalam silabus.
  3. menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai medium instruksi
Teknik-teknik dalam Grammar Translation Method:
  1. Translation of a literary passage                         6. Fill-in-the-blanks
  2. Reading comprehension questions                     7. Memorization
  3. Antonyms/Synonyms                                         8. Use words in sentences
  4. Cognates                                                             9. Composition
  5. Deductive application of rule
II. Direct Method (DM)
Pengajaran langsung merupakan revisi dari Grammar Translation Method karena metode ini
dianggap tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing yang
sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan.
Proses pembelajaran dengan DM, guru menyuruh siswa untuk membaca nyaring. Kemudian, guru memberi pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses pembelajaran berlangsung, realia seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa dipergunakan. Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan.
Teknik-teknik dalam Direct Method:
1. Reading aloud
2. Question and answer exercise
3. Getting students to self-correct
4. Conversation practice
5. Fill-in-the-blanks
6. Dictation
7. Map drawing
8. Paragraph writing
III. The Audio-Lingual Method
Istilah audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964.
Metode ini menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran
bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya
sebuah kiat ke sebuah ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan
dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan Aural-Oral, dan psikologi
Behavioristik.
Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagai
berikut:
  1. Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
  2. Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
  3. Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
  4. Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
  5. Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards & Rodgers (1986;51 dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologi audio-lingualisme dan penerapannya sebagai berikut:
  1. Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaan yang  mekanistik
  2. Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada bahasa sasaran  disajikan dalam bentuk lisan sebelumdilihat dalam bentuk tulis.
  3. Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pembelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang kaidah-kaidah.
  4. Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa dan kebudayaan dan tidak berdiri sendiri.
Richards & Rogers juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan (drills) dan latihan pola (pattern practice). Percakapan berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek kultural bahasa sasaran. Pengulangan dan penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu pada percakapan dipilih untuk dijadikan kegiatan latihan pola. Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan ALM adalah: repetition, inflection, relplacement, restatement, completion, transposition, expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan restoration.